Selasa, 18 April 2017

Upacara melasti Umat Hindu Kota Batam

Pada hari Minggu, 26 Maret 2017 lebih kurang 600 umat Hindu di Kota Batam menyelenggarakan Upacara Melasti sebagai rangakaian Upacara Nyepi 1939 Saka di danau Sei Ledi, Sekupang Batam. Dalam acara itu hadir  Eko Prasetyo, S.Ag, Penyelenggara Hindu pada Kantor Kementerian  Agama Kota Batam. Hadir juga Parisada Prov. Kepulauan Riau, Parisada Kota Batam, WHDI Kepulauan Riau, WHDI Kota Batam, Pasraman Jnana Sila Bahkti serta ketua lembaga agama keagamaan se-Kota batam.

Acara dimulai pada pukul 17.00 WIB dan selesai pada pukul 21.00 WIB. Dalam agama Hindu melasti juga disebut dengan Mekiyis. Melasti bertujuan untuk menyucikan sarana dan prasarana upacara yang akan digunakan dalam perayaan Nyepi berikutnya seperti Tawur Agung Kesanga yang jatuh pada hari Senin, 27 Maret 2017. Melasti juga bertujuan untuk memohon kesucian lahir dan batin serta memohon tirtha amertha yang bermanfaat dalam kehidupan umat Hindu.

Menurut Penyelenggara Hindu bahwa upacara Melasti dijelaskan dalam lontar Sanghyang Aji Swamandala yaitu Anglukataken laraning jagat, paklesa letuhing bhuwana,” yang artinya: Melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran alam. Lebih lanjut dalam dalam Lontar Sundarigama menambahkan bahwa tujuan Melasti adalah: Amet sarining amerta kamandalu ring telenging sagara, yang artinya: Mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Kamandalu) di tengah-tengah samudera. Sumber lain menyebutkan bahwa tujuan pelaksanaan melasti adalah menyucikan sarana prasarana, pratima dan wastra: Pesucian dewa kalinggania pamratista bethara kabeh yang artinya Mensucikan sthana para dewa. Jadi tujuan Melasti di samping membersihkan sarana dan prasaran upakara, pratima, wastra adalah juga untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam serta mengambil sari-sari kehidupan di tengah samudera. Samudera adalah lambang lautan kehidupan yang penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudera kehidupan itulah, kita mencari sari-sari kehidupan 

Kegiatan ini Sesuai dengan edaran dari Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Nomor: 27/Parisada Pusat/II/2017 perihal Kegiatan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 menetapkan Tema Nasional Hari Raya Nyepi yaitu: "Jadikan Catur Brata Penyepian Memperkuat Toleransi Kebhinekaan Berbangsa dan Bernegara Demi Keutuhan NKRI". Perayaan hari Raya Nyepi 1939 Saka juga dimaksudkan untuk Penyucian Diri dan Alam Semesta Menuju Peningkatan Kualitas Budaya kerja. Artinya jika jiwa dan raga serta alam lingkungan sudah bersih maka kita akan mudah melaksanakan tugas dan kewajiban kita sehari-hari.

Acara dilanjutkan dengan dharma wacana atau ceramah keagamaan yang disampaikan oleh I wayan Catra Yasa selaku ketua Paruman Walaka Parisada Hidu Dharma Provinsi Kepulauan Riau. Dalam wacananya Wayan Catra menegaskan bahwa umat harus mengambil intisari dan makna melasti yang bertujuan untuk memohon kesucian diri dan anugerah berupa tirtha kehidupan. Wayan juga mengajak umat Hindu kota Batam untuk berpedoman pada tema Nyepi nasional yang telah ditetapkan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat yaitu Jadikan Catur Brata Penyepian Memperkuat Toleransi Kebhinekaan Berbangsa dan Bernegara Demi Keutuhan NKRI". ”Umat Hindu harus menjaga kerukunan intern dan ekstern umat bergama di kota Batam,” jelas Wayan mengakhiri wacananya.


Umat begitu antusias mengikuti prosesi Melasti dari awal hingga akhir acara. Dari acara melasti ini diharapka terjadi perubahan sikap spiritual umat Hindu di Kota Batam pada khususnya. Terjadi peningkatan kualitas spiritual sehingga terjadi perubahan sikap yang pada akhirnya bisa mencapai pencerahan batin. Demikian Penjelasan Penyelenggara Hindu kantor Kementerian Agama Kota Batam. (ep2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar