Kamis, 30 Maret 2017

Diskusi Interaktif Nyepi 1939 Saka RRI Batam

Pada hari Selasa tanggal 21 Maret 2017 di RRI Batam, Graha Pena, Batam Centre Drs. I Wayan Catra Yasa, MM selaku Ketua Paruman Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia Prov. Kepulauan Riau dan Penyelenggara Hindu pada Kantor Kementerian Agama Kota Batam melakukan siaran interaktif RRI Batam dengan topik dengan tema Nyepi dan Pengendalian Diri.

Di awal penyampaiannya Wayan menjelaskan Konsep dasar Agama Hindu disebut Oanca Sradha. Dalam pelaksanaan ritual keagamaan harus didasari dengan sradaha atau keyakina. Jika spiritual tanpa keyakinan maka sama dengan gagal atau tidak mencapai tujuan dari yajna itu sendiri. Wayan Catra menjelaskan tentang korelasi pelaksanaan Nyepi dengan pengendalian Diri. Bahwasanya dalam rangkaian Nypei umat Hindu diajarkan untuk senantiasa mengendalikan diri. Wayan juga menyinggung penting menjalin hubungan yang harmonis dengan Tuhan, hubungan yang harmonis dengan sesama manusia dan hubungan yang harmonis dengan alam lingkungan tempat kita tinggal. Ke tiga hal inilah menjadi penyebab kebahagiaan kita baik di dunia maupun setelah kita mati dan juga terwujudnya loka samggraha.

Selanjutnya Eko menjelaskan tema Nyepi Nasional dan rangkaian Nyepi 1939 Saka. Sesuai dengan edaran dari Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Nomor: 27/Parisada Pusat/II/2017 perihal Kegiatan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 menetapkan Tema Nasional Hari Raya Nyepi yaitu: "Jadikan Catur Brata Penyepian Memperkuat Toleransi Kebhinekaan Berbangsa dan Bernegara Demi Keutuhan NKRI". Dari tema ini Eko mengajak umat Hindu di Kota Batam untuk mengutamakan toleransi beragama daripada permusuhan. Kerukunan adalah modal awal membangun bangsa.

Kemudian Eko menjelaskan rankaian Nyepi yang diawali dengan Melasti. Di Kota Batam upcara Meleasti dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 26 Maret 2017 jam 17.00 WIB di danau Sei Ledi. Dalam lontar Sanghyang Aji Swamandala melasti bertujuan untuk Anglukataken laraning jagat, paklesa letuhing bhuwana yang artinya Melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran alam. Dan dalam dalam Lontar Sundarigama menambahkan bahwa tujuan Melasti adalah Amet sarining amerta kamandalu ring telenging sagara yang artinya Mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Kamandalu) di tengah-tengah samudera. Sumber lain menyebutkan bahwa tujuan pelaksanaan melasti adalah menyucikan sarana prasarana, pratima dan wastra: Pesucian dewa kalinggania pamratista bethara kabeh yang artinya ”Mensucikan sthana para dewa”

Jadi tujuan Melasti di samping membersihkan sarana dan prasaran upakara, pratima, wastra adalah juga untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam serta mengambil sari-sari kehidupan di tengah samudera. Samudera adalah lambang lautan kehidupan yang penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudera kehidupan itulah, kita mencari sari-sari kehidupan.

Dilanjutkan Upacara Tawur Agung Kesanga yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 27 Maret 2017. Upacara Tawur Kesanga bertujuan untuk memotivasi umat Hindu secara ritual untuk senantiasa melestarikan alam beserta isinya. Upacara Tawur juga bertujuan untuk menyeimbangkan energI alam, karena alam terdiri dari energy positif dan negative. Melalui prosesi Tawur kita melakukan mecaru untuk menyeimbangkan kekuatan unsur bhuta kala sehingga dapat ikut menjaga kelangsungan dunia.

upacara Tawur Kesanga identik dengan Pawai Ogoh-ogoh. Dan pada kesempatan ini umat Hindu Batam membuat 4 (empat) ogoh-ogoh terdiri dari perwujudan bhuta kala yang diararak oleh Remaja putra, ibu-ibu, siswa Pasraman Jnana Sila Bahkti dan siswa PAUD Janan Sila Bhakti. Ogoh - Ogoh dilambangkan sebagai bhuta kala yang merupakan gambaran sifat buruk manusia (sad ripu) seperti marah, iri, lobha, serakah, bingung dan lain sebagainya. Setelah selesai diarak ogoh-ogoh ini akan dibakar sebagai simbol bahwa kita telah membakar sifat buruk manusia sehingga pada esok harinya umat Hindu tenang dalam melaksanakan Catur Brata Penyepian. Dalam sastra disebutkan pula bahwa pawai ogoh - ogoh juga membantu para bhuta kala meningkatkan kualitas kesuciannya sehingga bhuta kala menjadi nyomya atau somya.

Pada hari Selasa pagi tanggal 28 Maret dari jam 06.00 WIB sampai dengan Hari Rabu pagi, tanggal 29 Maret 2017 jam 06.00 WIB umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian.. Parisada Hindu Dharma Indonesia telah menetapkan perayaan Nyepi dilaksanakan dengan menjalankan Catur Brata Penyepian untuk umat yaitu yang pertama adalah Amati Geni (tidak menyalakan api). Maksudnya adalah bukan hanya tidak menyalakan api sungguhan, namun kita harus mematikan amarah dalam diri kita sendiri. Yang kedua adalah Amati Karya (tidak bekerja). Maksudnya menyepikan indera-indera kita terhadap aktivitas duniawi, mengendalikan indera-indera kita. Kita senantiasa diharapkan untuk melakukan meditasi pada Brahman. Ketiga adalah Amati Lelungan (tidak bepergian). Maksudnya adalah kita tidak membiarkan pikiran mengembara tak tentu arah, pikiran senantiasa diarahkan untuk selalu memikirkan hal-hal tentang keagungan Brahman. Terakhir adalah Amati Lelanguan (tidak mencari kesenangan). Maksudnya bahwa kita harus membatasi kesenangan sehari-hari, seperti makan dan minum, nonton TV, musik dan sebagainya.

Rangkaian Ngembak Geni dilaksanakan pada hari Rabu pada tanggal 29 Maret 2017 mulai jam 06.00 waktu setempat. Ngembak geni secara harfiah adalah kembali menyalakan api, artinya umat Hindu mulai bekerja beraktifitas sesuai dengan swadharmanya masing-masing berlandaskan ajaran dharma atau kebenaran. Ngembak geni juga bermakna kit merayakan kemenangan setelah menjalankan Catur Brata Penyepian dengan berkunjung dari rumah ke rumah saling menyiarkan ajaran dharma dan menceritakan ajaran kebenaran atau dharma vada.

Sebagai puncaknya adalah dharma santi yang dilaksanakan pada tanggal 8 April 2017 di Pura Agung Amerta Bhuana. Dharma Santi dilaksanakan secara sederhana sesuai dengan kemampuan dan budaya setempat. Iksa sakti desa kala dan tattwa. Dharma Santi Nyepi yang rencananya akan diadakan di Pura Agun Amerta Bhuana. Dharma Santi adalah simbol persatuan umat di mana umat saling bertemu, bertegur sapa menyampaikan dan mendengar pesan perdamaian dan kebenaran dalam nuansa dhama (agama). Umat Hindu saling maaf memaafkan dan melakukan simakrama

Di akhir pembicaraannya Eko berpesan kepada panitia Nyepi untuk menjaga kerukunan internal dan eksternal umat beragama di kota Batam, menjaga kebersihan dan ketertiban umum, tidak melakukan pemborosan dengan memaksimalkan potensi yang ada dengan penggunaan anggaran yang efektif dan efesien, tidak merusak flora dan fauna serta tidak mengganggu ekosistem alam yang ada, memperhatikan budaya dan kearifan lokal di bumi Melayu, senantiasa mengedepankan koordinasi dengan instansi terkait agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan dan berpedoman dan taat terhadap Tata Peraturan Perundang-Undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (eko2017)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar