Senin, 14 Maret 2016

Melasti, Hilangkan kekotoran bhuana agung dan bhuana alit

Pada hari Minggu, 06 Maret 2016 umat hindu Kota Batam menyelenggarakan Upacara Melasti sebagai rangakaian Upacara Nyepi 1938 Saka di danau Sei Ledi, Sekupang Batam. Kegiatan diikuti oleh lebih kurang 150 orang. Dalam acara itu hadir Eko Prasetyo, S.Ag, Penyelenggara Hindu pada Kantor Kementerian Agama Kota Batam. Hadir juga ketua Parisada Prov. Kepulauan Riau, Wayan Jasmin, Ketua WHDI Kota dan Provinsi, Parisada Kota Batam serta ketua lembaga agama keagamaan se-Kota batam.

Acara dimulai pada pukul 17 WIB dan selesai pada pukul 19.00 WIB. Dalam agama Hindu melasti juga disebut dengan Mekiyis. Melasti bertujuan untuk menyucikan sarana dan prasarana upacara yang akan digunakan dalam perayaan Nyepi berikutnya seperti Taur Agung Kesanga yang jatuh pada hari Selasa, 08 Maret 2016. Melasti juga bertujuan untuk memohon kesucian lahir dan batin serta memohon tirtha amertha yang bermanfaat dalam kehidupan umat Hindu. Dalam Sastra suci dijelaskan “Amet sarining tirtha kamandalu ring telenging segara” yang artinya bahwa melasti bertujuan untuk menyerap sari-sari tirtha amerta (tirtha kehidupan) dari tengah-tengah lautan/segara). Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari surat edaran Parisada Pusat yang diteruskan kepada umat oleh Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI Jakarta. Perayaan Melasti sesuai dengan Tema Nyepi 1938 saka yang ditetapkan oleh Parisada yaitu Keberagaman Perekat Persatuan. Artinya bahwa walaupun kita berbeda-beda tetapi justru itu sebagai sarana perekat persatuan umat Hindu. Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Dalam susastra suci, melasti juga berarti ”anglukataken laraning jagat” yang artinya menghilangkan kekotoran dunia ini baik bhuana agung maupun bhuana alit.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar