Selasa, 30 Juni 2015

DHARMA CAMP PASRAMAN KEPRI


Pada hari Sabtu, 27 Juni s/d Minggu 28 Juni 2015 Pasraman (sekolah Minggu Agama Hindu) yang berada di Provinsi Kep. Riau yaitu Pasraman Jnana Sila Bhakti Kota Batam, Pasraman Brahma Widya Satwika Kab. Bintan mengadakan kegiatan Dharma Camp Pasraman Kepri di Pantai Trikora Kab, Bintan Prov. Kepulauan Riau. Kegiatan Dharma Camp Pasraman adalah semacam kegiatan Perkemahan Sabtu Minggu (Persami) yang dikemas dengan nuansa keagamaan Hindu yang diselingi dengan kegiatan outbond/mengenal alam, fun (bermain) dan dinamika kelompok. Acara ini juga bertujuan untuk mengisi waktu liburan semester II siswa-siswa pasraman sehingga tidak jenuh dan diisi dengan hal-hal yang bermanfaat untuk kemajuan rohani generasi muda, di samping juga untuk pembentukan karakter generasi muda Hindu. Acara diikuti oleh lebih kurang 140 peserta yang terdiri dari siswa siswi pasraman se-Kepri, guru-guru pasraman, para orang tua murid dan juga perwakilan lembaga agama dan keagamaan Hindu se – Kepri seperti WHDI, Parisada, DPP Peradah dan masih banyak lagi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan sradha (iman) dan bhakti kepada Tuhan, di samping itu juga untuk menambah wawasan nusantara, nasionalisme, dan patriotism, mengenal lingkungan alam, kekompakan, kerjasama tim dan tentunya untuk menerapkan ajaran-ajaran agama Hindu. Kegiatan ini didukung oleh Pemerintah dalam hal ini Bimas Hindu Kementerian Agama Kanwil Prov. Kepulauan Riau dan Bimas Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Batam serta lembaga agama dan keagamaan Hindu se Prov. Kep. Riau.

Acara diawali dengan tirtha yatra (berkunjung ke tempat suci seperti pura) di Pura Dharma Kerti, Lagoi, Kab. Bintan. Para peserta mengikuti acara persembahyangan dengan khusuk. Dalam sela-sela acara itu ketua Parisada Kab. Bintan, Nyoman Wiarta menjelaskan sejarah berdirinya Pura Dharma Kerti yang dimulai dari keinginan umat Hindu di Kabupaten Bintan untuk memilikki tempat suci yang bias digunakan untuk melakukan kegiatan ibadah umat Hindu. Pura ini disungsung oleh sekitar 80 KK. Setelah persembahyangan selesai acara dilanjutkan dengan pembagian tim outbond menjadi 3 (tiga) tim yaitu Tim Cakra, Tim Gada dan Tim Trisula. Ketua kelompok bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan anggotanya. Di sini para guru pasraman yang merupakan panitia mendidik siswa pasraman untuk belajar bertanggung jawab. 

Acara dilanjutkan dengan tritha yatra ke Pura Giri Natha Puncak Sari Kota Tanjung Pinang. Perjalanan ditempuh dengan waktu 90 menit. Para peserta harus berjalan kaki menuju bukit tempat berdirinya pura Giri Natha Puncak sari, Karen lahan parkir yang tersedia sangat terbatas untuk bus. Usaha jerih payah para peserta terbayar sudah ketika mereka sudah sampai di puncak Bukit. Pemandangan begiru indah. Para peserta Dharma Camp melakukan persembahyangan untuk meningkatkan sradha (keimanan) dan bhakti. Di akhir acara, Purwadi selaku pemangku (rohaniawan) yang juga merupakan Penyuluh Agama Hindu PNS memberikan sambutan dan menceritakan sejarah berdirinya Pura Giri Natha Puncak Sari Bintan. Perjalanan dilanjutkan perjalanan menuju Pantai trikora (lokasi outbond).

Setelah tiba di lokasi, para peserta dibantu panitia mendirikan tenda untuk dijadikan tempat tidur di malam hari. Kemudian peserta melakukan doa bersama memohon keselamatan bersama karena bagaimanapun juga kegiatan ini dilaksanakan di alam terbuka yaitu di Pantai Tri Kora. Segala kemungkinan bisa saja terjadi pada para peserta. Acara berikutnya adalah paparan-paparan narasumber (class). Adapun paparan materi yang pertama yang disampaikan oleh Ketut Suardita, S.Pd, M.Pd selaku Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Prov. Kepulauan Riau. Dalam paparanya Pembimas Hindu menyampaikan bagaimana cara menghormati orang tua yang melahirkan, membesarkan dan mengasuh kita. Kita harus membayar hutang kepada orang tua dengan melayani, menghormati meraka, rajin belajar dan tidak lupa dengan orang tua ketika kita sukses nantinya. Siswa-siswa pasraman juga dihimbau untuk menghormati atur Guru yang lain yaiu pemerintah,  dan guru di sekolah. Di samping itu Pemateri juga menyampaiakan cerita-cerita kepahlawanan Mahabharata yang membuat anak-anak tertarik untuk mengikutinya. Adapun pemateri ke-dua adalah Drs. I Wayan Catra Yasa, MM yang merupakan sesepuh umat dan Ketua Paruman Walaka Parisada Prov. Kep. Riau. Dalam Paparannya beliau menyampaiakan kewajiban siswa pada masa brahmacari (masa menuntut ilmu) agar nantinya menjadi putra yang suputra yaitu generasi muda yang mempunyai jiwa dan kemampuan yang tangguh.

Setelah selesai mengikuti materi dari narasumber peseta harus melaksanakan kegiatan outubon jurit malam. Di Pos pertama anak-anak harus berhasil membuat tandu yang sudah disiapkan oleh panitia. Pos II peserta wajib mengikuti test konsentrasi. Di Pos III diajak untuk mengenal lingkungan alam dan pos IV diajak untuk lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Acara diakhiri dengan api unggun, di mana para peserta wajib menampilkan yel – yel terbaik dari masing-masing kelompok dan lagu pilihan lainya. Kegiatan Jurit malam diakhiri dengan renungan malam yang dipimpin oleh Drs. I Wayan Catra Yasa, MM. Anak-anak diajak untuk merenungi dosa dan kesalahan terutama kepada orang tua kita. 

Pada hari Minggu, 28 Juni 2015 acara diawali dengan kegiatan Yoga (senam rohani) yang dipimpin oleh Dada Suresh (umat Hindu etnis India yang merupakan Guru Yoga). Para peserta wajib melakukan gerakan Surya Namaskar (penghormatan pada matahari sebagai awal dari kehidupan) yang diakhiri dengan puja tri Sandya (permbahyangan) di pagi hari. Setelah anak-anak sarapan dan mandi acara dilanjutkan dengan dinamika kelompok dengan memasukan air ke dalam botol dan memasukkan bola ke dalam botol. Anak-anak wajib mengikuti sesi tali heksa gonal di mana peseta harus berhasil memasukkan ballpoint yang diikat dengan tali heksa gonal ke dalam botol. Dinamika kelompok terakhir adalah lempar lembing yaitu membidik sasaran berupa lingkaran dengan jarak yang telah ditentukan. Acara diakhiri dengan penutupan dan pengumuman hasil lomba sert penyampaian pesan dan kesan. Peserta berharap kegiatan semacam ini dapat terus dilaksanakan. Panitia juga diharap untuk lebih melakukan efesiensi waktu dan sebagainya. Semua jerih payah anak – anak peserta Dharma Camp terbayar setelah hasil lomba diumumkan den mereka mendapat penghargaan yang luar biasa dari panitia.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar